Perfect dan Respect
Sebentar, ini
siang saya masih berada di ruang kerja dengan pikiran yang sudah tidak fokus.
Ada baiknya menulis dulu. Ya, saya tahu, kecenderungan saya kalau sedang tidak
jelas begini biasanya harus ada yang diungkapkan. Banyak bicara itu bukan
kebiasaan saya, mending banyak menulis. Ehm. Cukup lha ya prolognya, suka
kemana-mana emang. Nanti kelupaan topiknya. Beuhhh.
Pagi tadi
seperti biasa saya membuka media sosial dan menemukan dua kata yang hampir mirip
saat diucapkan, perfect dan respect, saya lupa siapa yang menulis status
tersebut. Yang jelas menurut saya ini menarik.
Beberapa
kalimat yang muncul dalam benak saya dari dua kata tersebut. Tidak harus
perfect untuk membuat orang lain respect. Bukan sekedar mengejar respect saat
kita berusaha perfect. Kalau perfect hanya sekedar untuk mengundang respect, berarti
respect akan hilang saat kita terlihat tak lagi perfect. Jangan berharap mendapat
respect kalau kita jauh dari upaya perfect. Yah, erat sekali hubungan antara
respect dan perfect.
Dalam kamus
bahasa Inggris online saya cari arti perfect adalah waktu yang telah sempurna/
selesai, sempurna, sepenuhnya, benar-benar, lengkap, utuh. Sedangkan kata
respect dengan pencarian yang sama artinya adalah rasa hormat, kehormatan,
respek, hal.
Untuk perfect
saya berbicara sebagai makhluk, sebagai manusia awam, sebagai orang
biasa-biasa, memang akan jauh dan sulit terjangkau. Bahkan nyaris takkan pernah
ada barangkali di bumi ini seorang yang perfect. Kembali lagi tentang respect,
sebagian orang percaya sangat berbanding lurus dengan perfect ada juga yang
berpandangan boleh jadi tak selalu seperti itu. Dan saya adalah orang yang
disebutkan kedua.
Menurut
pandangan saya, respect bisa saja didapatkan karena semacam keluhuran budi
seseorang bukan dari keserbaadaan, keberlimpahan materi, ketinggian jabatan.
Begini misalnya, seorang yang memiliki jabatan tinggi belum tentu membuat orang
dibawahnya respect kalau perilakunya banyak yang tidak menyamankan. Bahkan saya
pikir mungkin akan banyak yang menyumpahi tidak baik. Itu refleks. Jangan
selalu menuntut orang lain berbaiksangka sementara kita sendiri banya berperilaku
yang mengundang fitnah. Itu akan sangat lucu. Dalam artian akan sulit tercapai
apa yang kita inginkan tersebut. Seakan jauh panggang dari api. Kapan
matengnya?
Respect juga
akan tumbuh dari sikap tanggung jawab kita. Apa yang dimaksud tanggung jawab
disini? Apapun. Semua yang ada di dunia ini amanah, semua harus
dipertanggungjawabkan. Bahkan lingkup kecilnya, diri sendiri, itupun akan
dimintai tanggung jawab. Maka ada pesan yang terdengar klise barangkali, jaga
diri baik-baik. Karena paling tidak kita dari pesan tersebut harus bisa menjaga
amanah yang ada pada kita, termasuk diri ini. Selanjutnya lebih meluas, segala
yang berhubungan dengan diri kita, semacam kesehatan, kebermanfaatan,
kehormatan dan berbagai eran yang harus dijalankan sebaik-baiknya oleh kita.
Adakalanya peran yang kita emban
memang tidak seperti yang kita inginkan tapi kita dipaksa harus menghadapi,
menjalani dan melewatinya. Bukan keputusan yang baik saat kita menghindari
keadaan atau menimpakan tanggung jawab pada orang lain hanya karena
ketidakmampuan kita untuk menjadi seperfect mungkin dalam peran itu. Itu
sebutannya kalau bukan pecundang ya pengecut. Semoga kita tidak termasuk yang
begitu.
Berada
di posisi pecundang atau pengecut, mohon maaf setinggi apapun posisi dan
jabatanmu, atau dengan alibi apapun, itu akan mengikis citra diri, mengikis
respect juga dengan refleks.
Maka
disini saya ingin berbagi dan menekankan, tidak usah perfect, tidak penting
respect. Tapi jadilah pahlawan untuk dirimu sendiri dan bertanggung jawab pada
setiap tantangan. Biarlah respect akan datang dengan refleks.
Salam semangat sahabat :-)
Cianjur, 10 Oktober 2016
Ruang Kerja