Selasa, 08 November 2016

Seputar Move On

Mengapa belum bersemangat sepagi ini? Jawaban yang paling mudah ditebak adalah belum bertemu secangkir kopi. Ya, di beberapa waktu terakhir ini saya memilih kopi untuk mengawali hari.
Alasannya? Meski pahit selalu bisa dinikmati. #ehm
Beda sama kamu, udah pahit, bikin sakit hati. #alamak #beuh

Ini saya kasih judul seputar move on dikarenakan selepas mencicipi kopi, tetiba saya mengingat seseorang dalam sosok baru. Dulu dia sesuatu, lantas sekarang ketika datang saya benar-benar merasa dejavu. Kemudian saya ingin berdialog seperti ini: "Benarkah ini kamu? Tunggu-tunggu, siapa ya? Perasaan emang pernah ketemu, tapi kapan ya? Hmm...kamu ingat aku ya? Apa saja yang sudah kita lewatkan bersama? Aduuuh ko bisa aku melupakan semuanya? Terakhir yang aku ingat sih...dulu pengen move on, nah nahhh...sepertinya aku sukses, aku berhasil move on dari kamu. Huaaa...ini pencapaian luar biasa! Awas ya, kamu datang bukan untuk bikin aku baper kan? Awaaasss pokoknya, biarkan aku seperti ini, benar benar menanggalkan semua ingatan tentangmu. Bye-bye masa lalu."

Cianjur, 8 November 2016
06.36 WIB

Rabu, 12 Oktober 2016

Syair Kepergian



Sebelum aku benar-benar lupa rasanya ditinggalkan, biar tanggal mencatat tentang bagaimana aku berusaha melupakan.

Saat menangis bukan sekedar fiksi dan air mata sejujurnya adalah fakta.

Merelakan adalah pahit, tapi layaknya kopi, tetap bisa dinikmati.

Ada keyakinan yang tak pernah lekang, pertemuan kita akan tetap hidup dalam ingatan.

Cianjur, 12 Oktober 2016
19.57

Senin, 10 Oktober 2016

Beginilah (hampir) di setiap Hariku

Di depan layar kaca,
bersama kertas berserakan
diantara lembaran kepalsuan...

Pada Suatu Senin

#hanyakitayangtahu #adaapahariini

Perfect dan Respect



Perfect dan Respect



Sebentar, ini siang saya masih berada di ruang kerja dengan pikiran yang sudah tidak fokus. Ada baiknya menulis dulu. Ya, saya tahu, kecenderungan saya kalau sedang tidak jelas begini biasanya harus ada yang diungkapkan. Banyak bicara itu bukan kebiasaan saya, mending banyak menulis. Ehm. Cukup lha ya prolognya, suka kemana-mana emang. Nanti kelupaan topiknya. Beuhhh.

Pagi tadi seperti biasa saya membuka media sosial dan menemukan dua kata yang hampir mirip saat diucapkan, perfect dan respect, saya lupa siapa yang menulis status tersebut. Yang jelas menurut saya ini menarik.

Beberapa kalimat yang muncul dalam benak saya dari dua kata tersebut. Tidak harus perfect untuk membuat orang lain respect. Bukan sekedar mengejar respect saat kita berusaha perfect. Kalau perfect hanya sekedar untuk mengundang respect, berarti respect akan hilang saat kita terlihat tak lagi perfect. Jangan berharap mendapat respect kalau kita jauh dari upaya perfect. Yah, erat sekali hubungan antara respect dan perfect.

Dalam kamus bahasa Inggris online saya cari arti perfect adalah waktu yang telah sempurna/ selesai, sempurna, sepenuhnya, benar-benar, lengkap, utuh. Sedangkan kata respect dengan pencarian yang sama artinya adalah rasa hormat, kehormatan, respek, hal.

Untuk perfect saya berbicara sebagai makhluk, sebagai manusia awam, sebagai orang biasa-biasa, memang akan jauh dan sulit terjangkau. Bahkan nyaris takkan pernah ada barangkali di bumi ini seorang yang perfect. Kembali lagi tentang respect, sebagian orang percaya sangat berbanding lurus dengan perfect ada juga yang berpandangan boleh jadi tak selalu seperti itu. Dan saya adalah orang yang disebutkan kedua.

Menurut pandangan saya, respect bisa saja didapatkan karena semacam keluhuran budi seseorang bukan dari keserbaadaan, keberlimpahan materi, ketinggian jabatan. Begini misalnya, seorang yang memiliki jabatan tinggi belum tentu membuat orang dibawahnya respect kalau perilakunya banyak yang tidak menyamankan. Bahkan saya pikir mungkin akan banyak yang menyumpahi tidak baik. Itu refleks. Jangan selalu menuntut orang lain berbaiksangka sementara kita sendiri banya berperilaku yang mengundang fitnah. Itu akan sangat lucu. Dalam artian akan sulit tercapai apa yang kita inginkan tersebut. Seakan jauh panggang dari api. Kapan matengnya?

Respect juga akan tumbuh dari sikap tanggung jawab kita. Apa yang dimaksud tanggung jawab disini? Apapun. Semua yang ada di dunia ini amanah, semua harus dipertanggungjawabkan. Bahkan lingkup kecilnya, diri sendiri, itupun akan dimintai tanggung jawab. Maka ada pesan yang terdengar klise barangkali, jaga diri baik-baik. Karena paling tidak kita dari pesan tersebut harus bisa menjaga amanah yang ada pada kita, termasuk diri ini. Selanjutnya lebih meluas, segala yang berhubungan dengan diri kita, semacam kesehatan, kebermanfaatan, kehormatan dan berbagai eran yang harus dijalankan sebaik-baiknya oleh kita.

Adakalanya peran yang kita emban memang tidak seperti yang kita inginkan tapi kita dipaksa harus menghadapi, menjalani dan melewatinya. Bukan keputusan yang baik saat kita menghindari keadaan atau menimpakan tanggung jawab pada orang lain hanya karena ketidakmampuan kita untuk menjadi seperfect mungkin dalam peran itu. Itu sebutannya kalau bukan pecundang ya pengecut. Semoga kita tidak termasuk yang begitu.

                Berada di posisi pecundang atau pengecut, mohon maaf setinggi apapun posisi dan jabatanmu, atau dengan alibi apapun, itu akan mengikis citra diri, mengikis respect juga dengan refleks.

               Maka disini saya ingin berbagi dan menekankan, tidak usah perfect, tidak penting respect. Tapi jadilah pahlawan untuk dirimu sendiri dan bertanggung jawab pada setiap tantangan. Biarlah respect akan datang dengan refleks.


Salam semangat sahabat :-)


Cianjur, 10 Oktober 2016

Ruang Kerja

               

Minggu, 02 Oktober 2016

Selamat Tahun Baru Hijriyah

Selamat ya...
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1438 H, selamat hari batik nasional...

Semoga awal yang baik, memapah kita pada pembaruan yang lebih baik...aamiin.

Selasa, 27 September 2016

Menyimak Materi

Masih tentang BOS...ohhhh BOS...

Pagi, Yasmin...!

Assalamualaikum...
Selamat pagi, Yasmin...
Alhamdulillah, tidurnya berkualitas, didukung fasilitas yang memanjakan. Mulai dari tempat tidur, kamar mandi dan tempat belajarnya.
Bersyukur bisa menikmati semuanya sehingga bisa terbangun dengan senyum dan penuh semangat. Selepas terbangun, shalat Subuh, mandi, bersiap-siap, lantas sebelum keluar kamar kami seisi kamar yang terdiri dari tiga orang melakukan ritual kekinian...ehm, bisa ditebak, apalagi kalau bukan cekrek-cekrek selfie. Halah. *mohon jangan protes plisss...! ini tuntutan kekinian...wkwkwk :p *
Ini Yasmin, setiap sisi dan sudutnya sangat menarik untuk mengambil gambar. Hehe...dan kami cuma tinggal disini 3 hari, jadi semua tidak boleh ada yang terlewatkan rasanya.

Hari ke-2
Selasa, 27 September 2016
Yasmin Resort and Convention Centre
2204 Room

Sabtu, 24 September 2016

Terima Kasih

Pada mereka yang luar biasa, mengirimkan sepiring nasi liwet saat lapar melanda...saya sampaikan ucapan...terima kasih sekali.
Semoga ALLAH membalas dengan banyak kebaikan dan kehebatan.

Selingan diantara Rintik Hujan

Menu sore ini, secangkir kopi, rintik hujan dan masih terjebak di tempat kerja.
Ada beberapa alasan yang cukup bikin saya mager (baca: males gerak), jas hujan yang ketinggalan, motor yang baru disteam dan bahan untuk bimtek yang belum selesai.

Huaaahmmm...saya lupa bilang, sebelum menghabiskan kopi, ada ngantuk yang tak bisa dihindari pula.
Ini serius saya tidak bisa pulang?
Alamak...

Mengisi Penantian

Beuh...denger judulnya berkesan sangat dalam. Padahal inspirasinya sederhana, menunggu.
Kata lain menunggu adalah menanti, menunggu sesuatu berarti juga sebuah penantian. Apapun itu, kebanyakan dari kita berpandangan menunggu itu tidak menyenangkan.
Mengisi waktu saat menunggu atau mengisi penantian, sebutlah begitu, boleh dengan berbagai cara. Bukan sekedar dengan cemberut, kesal, marah-marah, mengerutkan kening, lempar-lemparin barang yang ada, bersungut-sungut atau apapun yang sama sekali tidak efektif, malah menguras energi sih iya.
Lantas mengisi penantian seperti apa yang bisa jadi berguna dan termasuk efektif. Menurut saya adalah sebagai berikut:
1. Berdzikir
Meski sedianya kita sudah merencanakan matang, menyusun jadwal dengan rapi, kemudian disiplin menepati semuanya. Akan ada saatnya harus menunggu. Tidak masalah, hadapi saja dengan tenang, basahi lidah dengan dzikir dan berusaha tetap berpikir jernih. Biar dari penantian yang sebagian orang menganggap sia-sia, semoga tercatat sebagai nilai ibadah.
2. Membaca
Zaman sekarang, era kekinian, gadget kebanyakan sudah android, internet sudah bisa diakses dimana-mana. Nah, masalah mengisi penantian akan menjadi lebih sederhana kala kita masih bisa memegang gadget. Karena dengan canggihnya teknologi, kita bisa memanfaatkannya untuk membaca. Aneka bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan tersaji di sana. Entah mau googling tentang sesuatu hal yang belum pernah kita tahu, bacaan keilmuan, tentang pendidikan, atau berita terkini yang sedang banyak dibicarakan. Semua bisa menjadi alternatif mengisi penantian lebih efektif. Apalagi, kalau untuk yang gemar membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, itu luar biasa, penantian bisa menambah amalan ibadah pula.
3. Menulis
Alternatif ketiga untuk mengisi penantian yang lebih efektif setelah berdzikir dan membaca adalah menulis.
Misal saja, berdzikir sudah dilakukan, membaca sudah pula sampai kadang mata lelah. Apa masih juga kita harus melewatkan penantian dengan bengong tak berarti? Oh no...! Our life is very worthly, so tuangkan apa yang saat itu ada dalam pikiran kita dalam bentuk kata-kata tertulis. Sederhananya setiap kita kan sering berlatih menulis, entah sekedar status atau surat pendek/memo dan yang lainnya. Maka kembangkan itu dan semangati diri untuk menulis lebih banyak sebagai kenang-kenangan dalam satu moment penantian.
Semoga berguna sahabat, berbagi itu indah, apalagi ilmu...kritiknya dinanti silakan :-).