Senin, 10 Oktober 2016

Perfect dan Respect



Perfect dan Respect



Sebentar, ini siang saya masih berada di ruang kerja dengan pikiran yang sudah tidak fokus. Ada baiknya menulis dulu. Ya, saya tahu, kecenderungan saya kalau sedang tidak jelas begini biasanya harus ada yang diungkapkan. Banyak bicara itu bukan kebiasaan saya, mending banyak menulis. Ehm. Cukup lha ya prolognya, suka kemana-mana emang. Nanti kelupaan topiknya. Beuhhh.

Pagi tadi seperti biasa saya membuka media sosial dan menemukan dua kata yang hampir mirip saat diucapkan, perfect dan respect, saya lupa siapa yang menulis status tersebut. Yang jelas menurut saya ini menarik.

Beberapa kalimat yang muncul dalam benak saya dari dua kata tersebut. Tidak harus perfect untuk membuat orang lain respect. Bukan sekedar mengejar respect saat kita berusaha perfect. Kalau perfect hanya sekedar untuk mengundang respect, berarti respect akan hilang saat kita terlihat tak lagi perfect. Jangan berharap mendapat respect kalau kita jauh dari upaya perfect. Yah, erat sekali hubungan antara respect dan perfect.

Dalam kamus bahasa Inggris online saya cari arti perfect adalah waktu yang telah sempurna/ selesai, sempurna, sepenuhnya, benar-benar, lengkap, utuh. Sedangkan kata respect dengan pencarian yang sama artinya adalah rasa hormat, kehormatan, respek, hal.

Untuk perfect saya berbicara sebagai makhluk, sebagai manusia awam, sebagai orang biasa-biasa, memang akan jauh dan sulit terjangkau. Bahkan nyaris takkan pernah ada barangkali di bumi ini seorang yang perfect. Kembali lagi tentang respect, sebagian orang percaya sangat berbanding lurus dengan perfect ada juga yang berpandangan boleh jadi tak selalu seperti itu. Dan saya adalah orang yang disebutkan kedua.

Menurut pandangan saya, respect bisa saja didapatkan karena semacam keluhuran budi seseorang bukan dari keserbaadaan, keberlimpahan materi, ketinggian jabatan. Begini misalnya, seorang yang memiliki jabatan tinggi belum tentu membuat orang dibawahnya respect kalau perilakunya banyak yang tidak menyamankan. Bahkan saya pikir mungkin akan banyak yang menyumpahi tidak baik. Itu refleks. Jangan selalu menuntut orang lain berbaiksangka sementara kita sendiri banya berperilaku yang mengundang fitnah. Itu akan sangat lucu. Dalam artian akan sulit tercapai apa yang kita inginkan tersebut. Seakan jauh panggang dari api. Kapan matengnya?

Respect juga akan tumbuh dari sikap tanggung jawab kita. Apa yang dimaksud tanggung jawab disini? Apapun. Semua yang ada di dunia ini amanah, semua harus dipertanggungjawabkan. Bahkan lingkup kecilnya, diri sendiri, itupun akan dimintai tanggung jawab. Maka ada pesan yang terdengar klise barangkali, jaga diri baik-baik. Karena paling tidak kita dari pesan tersebut harus bisa menjaga amanah yang ada pada kita, termasuk diri ini. Selanjutnya lebih meluas, segala yang berhubungan dengan diri kita, semacam kesehatan, kebermanfaatan, kehormatan dan berbagai eran yang harus dijalankan sebaik-baiknya oleh kita.

Adakalanya peran yang kita emban memang tidak seperti yang kita inginkan tapi kita dipaksa harus menghadapi, menjalani dan melewatinya. Bukan keputusan yang baik saat kita menghindari keadaan atau menimpakan tanggung jawab pada orang lain hanya karena ketidakmampuan kita untuk menjadi seperfect mungkin dalam peran itu. Itu sebutannya kalau bukan pecundang ya pengecut. Semoga kita tidak termasuk yang begitu.

                Berada di posisi pecundang atau pengecut, mohon maaf setinggi apapun posisi dan jabatanmu, atau dengan alibi apapun, itu akan mengikis citra diri, mengikis respect juga dengan refleks.

               Maka disini saya ingin berbagi dan menekankan, tidak usah perfect, tidak penting respect. Tapi jadilah pahlawan untuk dirimu sendiri dan bertanggung jawab pada setiap tantangan. Biarlah respect akan datang dengan refleks.


Salam semangat sahabat :-)


Cianjur, 10 Oktober 2016

Ruang Kerja

               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar